Laman

Selasa, 28 Agustus 2012

CERPEN _ ALISA

Aku masih menggeliat – liat di atas kasur. Berusaha mengumpulkan nyawa agar bisa membuka mata lebar – lebar setelah terdengar bunyi hape berderit – derit macam tikus yang kelaparan. Kulihat layar yang tertera, sebuah pesan dari Alisa.


             Aryo, hari ini sy nebeng kamu coz mobil lagi rusak

Aku mencoba melebarkan senyum di wajah dan mengatakan dalam hati everything gonna be ok. Apa semua gadis cantik itu menyusahkan?

Kulirik jam dinding, pukul 04.35 WIB. Masih terlalu pagi. Biasanya nyawaku benar – benar terkumpul utuh tepat di pukul 05.10 WIB. Aku masih malas untuk segera bangun. Kutangkupkan kedua tangan di atas kepala sambil memandang langit – langit kamar. Sayangnya mata ini tak bisa kembali tidur.

Tepat pukul 05.05 WIB, segera ku laksanakan shalat subuh dan berdoa semoga hari ini akan cerah seperti biasanya. Yang kemudian kulanjutkan dengan ritual pagi. Memanaskan air untuk membuat secangkir kopi, menanak nasi di rice cooker karena aku tak bisa sarapan selain nasi, kebiasaan yang diturunkan oleh ibuku. Menyalakan radio untuk mendengar suara penyiar favorit. Setelah itu barulah aku mandi. Ah, selamat pagi gayung.

Kukenakan baju kerja, sebuah wearpack putih yang sudah kumodifikasi. Sebelum pukul 07.00 WIB, aku sudah harus sampai di Tiban. Sebuah daerah yang cukup jauh dari tempat tinggalku, Batu aji. Alisa selalu berkelakar, jika ia akan berangkat ke kantor seperti ia sedang berangkat ke luar kota saking jauhnya. Ia menyebutnya Batam Coret. Kutanyakan penjelasannya, sambil tertawa ia mengatakan Batu aji itu tak masuk dalam peta kota Batam alias dicoret karena jauh dari peradaban kota. Aku yakin orang – orang Batu aji akan melakukan aksi demo pada Alisa jika saja mereka tahu.

 Alisa, seorang gadis cantik yang bekerja sebagai accounting di tempat kerja yang sama denganku. Sejak 3 tahun yang lalu aku akrab dengannya dimulai dari ketidaksengajaan. Suatu pagi, tak sengaja aku menabraknya. Walau hanya ban motorku yang mencium kakinya namun tak pelak membuatnya terduduk dilantai. Aku yang terkejut berusaha turun dari motor dan segera meminta maaf. Belum sempat aku turun, ia sudah bangkit dan menghampiriku lalu menendang keras motorku. Posisiku yang tidak stabil membuatku terjengkang dari motor. Aku merasa perempuan ini memiliki turunan gatot kaca, bertulang kawat.
            .
“””””””””””””””””””””
 Akhirnya sampai juga aku di depan rumahnya. Ia pun menyambut dengan senyuman khasnya. Cengar cengir. Entah kenapa gadis ini selalu tersenyum dalam kondisi apapun dan dimanapun, ia memberikan senyumnya kepada semua orang. Sekalipun ketika dia dalam keadaan sakit. Bahkan sehabis marah pun dia bisa kembali tersenyum. Katanya agar urat yang terputus sehabis marah kembali utuh dengan senyumannya. Gampang marah, segampang itu pula dia akan tersenyum. 

“ Yoyo, sorry ngerepotin. Mobilku mogok lagi “ Hanya gadis ini yang memanggilku Yoyo padahal nama asliku Aryo Hadikusumo. Entah dari mana ia mendapat ilham memanggil namaku seperti itu.

“ Buang saja ke laut “ Ia mencibirku lalu melompat naik dan duduk dengan manisnya. 

Gadis satu ini, cantiknya tak bisa dirangkai kata namun cerewetnya juga minta ampun. Selain cantik dan cerewetnya, dia juga smart, teliti dan baik hatinya. Dunia kami berbeda jauh. Aku yang seorang engineer kapal terlalu kaku dalam menghadapi wanita, maka bisa dihitung wanita yang dekat denganku. Sedangkan dia adalah gadis periang yang selalu punya alibi ketika kami berdebat dalam hal apapun. Dia akan bercerita mengenai apa saja bahkan soal asmaranya tanpa ditanya. Dia juga punya pacar yang tak bisa dihitung. Baginya mencari pacar sama halnya seperti mencari baju. Hanya soal kecocokan dan pas dihati. Jika suka diambil dan jika tidak suka tinggal ganti saja.

“ Kenapa kamu tak meminta pacarmu saja yang menjemput?”

“ Afgan? Ah, payah dia. Sepertinya dia punya masalah dengan bangun pagi. Sudah ku coba telepon 10x tak juga ada jawaban. Bukan kali ini saja, sudah berkali – kali. Kita lihat saja nanti. Putus atau lanjut “ Aku tergelak. Untung saja aku tak pernah berniat untuk pacaran dengannya. Baginya bukan perkara sulit untuk mencari pacar baru.

“ Kalau begitu sebaiknya kamu pindah saja ke Batu aji, supaya aku tidak sulit untuk menjemputmu jika kamu sedang fakir asmara “ Kudengar tawa renyahnya. Dan bisa kutebak apa jawabannya. Kami selalu bertengkar, rasanya tak pernah ada kecocokan diantara kami. Hal sepele pun bisa menjadi bahan pertengkaran diantara kami.

“ Pacaran itu ibarat kita mencari seseorang yang cocok dengan hati sebelum menuju ke sebuah pernikahan “ Ujarnya bak filosofi handal. Aku menyeruput secangkir kopi di kantin.

“ Halah, kalau cuma buat itu ngapain pacaran banyak – banyak, ngabisin waktu. Berteman – cocok – lalu ke penghulu “ Aku menggambarkan di atas kertas. Ia mencelanya.

“ Hei bung, bagiku tidak sesederhana itu. Banyak yang harus kita ketahui tentang calon pendamping kita kelak. Semuanya harus jelas, pasti dan tepat . Yang aku mau calonku nanti harus memiliki kemapanan dalam segala hal “ Aku cuma tertawa. Sepertinya dia kebanyakan berkutat pada angka yang dihitungnya. Aku pun memilih diam.

Mungkin satu – satunya kesamaan kami hanyalah cita rasa kopi. Juga kecintaan kami pada dunia sastra. Sisanya kami seperti bumi dan langit. Jika ada yang tidak cocok, aku lebih banyak mengalah karena dia tidak akan pernah berhenti bicara persis macam burung pipit. Berkicau selalu.
“””””””””””””””””””””””””””””””””””””
 Tak seperti biasanya, Alisa pulang tanpa pamit padaku. Selama mobilnya mogok selama itu pula ia berangkat dan pulang kerja bersamaku. Ternyata baru kutahu dari salah satu teman kantornya bahwa tadi siang ayahnya yang tinggal di Kalimantan menjemputnya.

Maka sejak saat itu Alisa seperti menghilang, seminggu lamanya aku tak mendengar kabarnya. Kubuka facebook, twitter, skype, email bahkan ketika aku mencoba menghubunginya, nomor yang dituju pun tidak aktif.

Bisa dipastikan long weekend karena libur paskah kali ini terasa begitu membosankan karena tidak ada orang yang akan ku ajak keluar. Aku yang sudah mulai bosan berusaha untuk tidur kembali. Namun, belum sempat kupejamkan mata, pintu kamarku digedor.

“ Aryo, ada wanita cantik sedang mencarimu “ Lalu seisi rumahku pun riuh menggodaku. Mereka sepertinya tak pernah melihat wanita cantik. Aku pun bergegas menemuinya.

“ Bisa kita bicara di luar ?” Ujar Alisa. Aku masih tak menyangka.
  
“ Besok aku mau resign “ Tidak ada lagi senyuman secerah langit diwajahnya.

“ Kenapa?”

“ Ibuku sakit, aku harus stay di Kalimantan “

“ Parah?” Ia hanya mengangguk. Lalu kami pun saling diam. Tenggelam dalam pikiran masing – masing.

“ Berapa lama?” Entah kenapa keluar kalimat ini. Kalimat yang cukup menyesakkan. Dan ia hanya menggeleng tak pasti. Lalu waktu berlalu sesuai porsinya.
“”””””””””””””””
Ketika aku asyik mendengar celotehan teman - teman satu rumahku, tiba – tiba sebuah pesan masuk ke hapeku. Nomor asing. Kubaca pesan itu yang membuatku tak bisa berpikir panjang. Segera kuambil beberapa helai baju lalu kumasukkan ke dalam tas ransel. Aku berangkat ke bandara Hang Nadim dengan diantar oleh Fadly.

Lalu disinilah aku, Kalimantan. Berdiri kaku ketika kubaca sebuah nama yang amat kukenal. Alisa Putri. Sungguh langitku seakan runtuh. Orang tua Alisa menyalamiku sambil terisak dan menyerahkan sebuah surat untukku. Dengan cepat kubaca surat itu.

“ Tadi pagi.. “ Ujarnya lalu menjelaskan panjang lebar yang masih tak bisa kupahami, antara ibunya yang sakit, perjodohannya dan calon suaminya yang buron.

Kini separo langitku bersemayam di dalam bumi. Dalam diam, kubiarkan lidahku membuat kalimat – kalimat indah tanpa mampu kuhalau. Aku juga mencintaimu, Alisa. Walau mungkin bagimu itu sudah terlambat.


Batam, Maret 2012


Sabtu, 04 Agustus 2012

CUMA UNTUK LUCU – LUCUAN

Sesungguhnya tulisan ini saya buat cuma untuk lucu – lucuan saja artinya Jangan ada yang komplen ya Kakaaa,Hehe..#Maksa... Ketika pertama kali saya mendengar lagu dari Rumor dengan Butiran Salju #Eh Butiran Debu. Yang terlintas dalam benak saya adalah gila ini lagu dalam banget. Syahdu gimanaa gitu dan kena banget bagi orang yang sedang patah hati alias lagu ini bisa bikin galau. Dan satu hal lagi yang paling penting yaitu penyanyinya adalah seorang pria yang romantic plus mellow #Huuhuhuhuh..

Saya tak mau terlalu sering mendengar lagu ini, bisa – bisa air mata ini bercucuran, maklum dengerinnya pas lagi motong bawang #Halaah..

Penasaran akhirnya saya pun mencari lirik lagu ini dimbah google #HapHap..Saya telusuri bait demi bait dari lagu ini dan saya pun takjub. Gila! Ada 3 kata yang sedikit “Lucu” plus dalam banget ( Sumur kali dalem -_-) karena digabungkan ke dalam lagu hingga terkesan Galaunya tingkat Provinsi. Kalau diibaratkan Olimpiade, Rumor pastilah juara dalam 3 kategori sekaligus yaitu Terjatuh, Tenggelam dan Tersesat.

#Aha.. mari kita membedah kemungkinan – kemungkinan kecil yang terjadi dari ketiga kata tersebut :
1. “ Aku Terjatuh dan tak bisa bangkit lagi..” 
 Mungkin pada saat itu Rumor terjatuh ketika mengendarai sepeda atau jatuh dari genting rumah, tak bisa bangkit karena bingung meletakkan posisi kakinya dimana #Aiih..
2. “ Aku Tenggelam dalam lautan …”
Saya curiga kemungkinan besar Rumor tak bisa berenang namun nekat juga berenang, jadilah ia tenggelam didasar lautan. Ada 2 kemungkinan yang akan terjadi Mengambang atau ditelan Ikan Paus. #HapHap
3. “ Aku Tersesat dan tak tahu arah jalan pulang..”
Saya yakin Rumor adalah warga baru di Kompleknya, ketika hendak pulang sehabis berjalan – jalan, Ia lupa arah pulang makanya ia tersesat. Hendak naik angkot ia bingung jurusan mana yang harus dipilihnya. Satu – satunya jalan keluar yaitu Ia harus mampir ke kantor polisi. #Kesian.


Well, bedah lirik di atas hanyalah sekian dari hal – hal yang bisa buat saya tersenyum selain Jatuh Cinta tentunya ( Kecuali ketika sedang sakit Gigi ) #Huhu.. Sekali lagi ini CUMA BUAT LUCU – LUCUAN. Tertawalah sebelum Tawa itu dikenakan Pajak.
Cekidot the you tube -__-

Salam Galau
Indah