Laman

Jumat, 11 Januari 2013

ANDAI AKU PUTRI YANG TERTUKAR.



Kututup buku dongeng Cinderella ini dengan sangat gemas. Sudah tak terhitung kutamatkan cerita ini setiap kali ke perpustakaan sekolah. Kudatangi Nania di meja baca. Ia tampak sangat serius untuk anak kelas 6 SD.

“ Enak ya jadi putri Cinderella. Walau awalnya sedih tapi dia bisa jadi seorang putri, memakai gaun yang indah dan tinggal di Kerajaan bersama pangeran tampan “ Begitu menggebu - gebu kuceritakan padanya.

“Nggak bosan apa baca itu terus, buku pelajaran saja yang dibaca. Menurutku, makna  dari cerita tersebut hanyalah bahwa suatu hari nanti semua kesedihan akan diganti dengan kebahagian jika kita bersabar. “ Ujar Nania sang juara kelas, ia sangat rajin membaca buku seakan ia haus bacaan.

Aku cemberut. Dia tak bisa diajak berkhayal. Menurutku, pemikirannya “tua” untuk anak seusianya.

Senangku bukan kepalang, ternyata hari ini sinetron favoritku “Putri yang tertukar” akan kembali tayang setelah 2 hari menghilang. Info ini kudapat dari Lani, ia juga penggemar sinetron ini. Aku harus bisa curi – curi kesempatan untuk bisa menontonnya agar bunda tak melihat. Bunda adalah panggilan kami kepada ibu pimpinan panti yang mengasuh kami.

Aku harus bisa memanjangkan kepala diantara papan yang membatasi ruang makan dan ruang depan, dimana televisi berada. Kadang leherku terasa keram. Tak lupa aku juga membawa buku pelajaran, seandainya ada yang bertanya sedang apa aku disini.

Sinetronnya segera dimulai. Dengan semangat aku pun ikut menontonnya. Sesekali aku pura – pura membaca kala bunda berdehem. Ku mulai membayangkan jika akulah putri yang tertukar itu. Suatu hari nanti ada orangtua yang datang ke panti menjemputku dengan mobil mewah. Ternyata aku adalah anak orang kaya raya.

Orangtuaku membawaku ke Jakarta. Kami berjalan – jalan ke mall terbesar disana, membelikanku banyak gaun yang cantik, membelikanku I-Pad agar aku bisa memainkan Angry Birds sesukaku, tanpa harus meminjam terlebih dahulu kepada Lani, si anak paling kaya di kelas kami. Aku dibelikan Blackberry agar bisa twitteran bersama JP Millenix, sang drummer favoritku. Ah, indahnya duniaku.

Kemudian, orangtuaku itu mengajakku bermain di Dufan dan kucoba segala permainan disana. Sungguh mengasyikkan. Setelah itu mereka pun mengajakkku menginap di sebuah hotel mewah. Kulihat ada kolam renang yang besar sekali. Satu hal yang kusesali ketika melihat kolam renang, baik di Dufan ataupun di hotel ini adalah aku tak bisa berenang.

Aku tersenyum – senyum.

“ Rayya, ayo masuk ke kamar. Nanti bunda marah kalau melihatmu masih disini , bukannya belajar malah menonton “ Ujar Nania merusak lamunanku.

“ Kenapa kita tak boleh menonton sinetron ?”

“ Karena kata bunda, sinetron itu tak mendidik “

Aku gemas.

“ Lalu kenapa bunda masih menonton ?”

“ Jangan kau tanyakan itu padaku, aku tak tahu “

“ Enak ya, kalau ternyata kita ini adalah putri yang tertukar. Tapi pas bagian yang bahagianya saja, ada orangtua kaya raya yang mengakui bahwa kita adalah anak mereka “

Nania hanya diam saja. Dia memang tak bisa diajak berkhayal. Namun tiba – tiba Nania menghentikan langkahnya, yang membuatku menabrak tubuhnya. Aku mengaduh sakit. 

“ Awwww ”

“ Sepertinya kamu sudah kebanyakan menonton sinetron. Ingat Rayya, bukankah kamu tahu kalau orangtua kita masing – masing sudah lama meninggal dan kita tinggal disini sudah sejak kecil “

Aku menepok jidat seperti baru tersadar. “ Oh iya ya “

Ah, kalau begitu aku hanya berharap tidur kali ini akan mengimpikan orangtuaku datang.