Kututup
buku dongeng Cinderella ini dengan sangat gemas. Sudah tak terhitung kutamatkan
cerita ini setiap kali ke perpustakaan sekolah. Kudatangi Nania di meja baca.
Ia tampak sangat serius untuk anak kelas 6 SD.
“
Enak ya jadi putri Cinderella. Walau awalnya sedih tapi dia bisa jadi seorang
putri, memakai gaun yang indah dan tinggal di Kerajaan bersama pangeran tampan
“ Begitu menggebu - gebu kuceritakan padanya.
“Nggak
bosan apa baca itu terus, buku pelajaran saja yang dibaca. Menurutku, makna dari cerita tersebut hanyalah bahwa suatu
hari nanti semua kesedihan akan diganti dengan kebahagian jika kita bersabar. “
Ujar Nania sang juara kelas, ia sangat rajin membaca buku seakan ia haus
bacaan.
Aku
cemberut. Dia tak bisa diajak berkhayal. Menurutku, pemikirannya “tua” untuk
anak seusianya.
Senangku bukan kepalang, ternyata hari ini sinetron favoritku “Putri yang
tertukar” akan kembali tayang setelah 2 hari menghilang. Info ini kudapat dari
Lani, ia juga penggemar sinetron ini. Aku harus bisa curi – curi kesempatan
untuk bisa menontonnya agar bunda tak melihat. Bunda adalah panggilan kami
kepada ibu pimpinan panti yang mengasuh kami.
Aku
harus bisa memanjangkan kepala diantara papan yang membatasi ruang makan dan
ruang depan, dimana televisi berada. Kadang leherku terasa keram. Tak lupa aku
juga membawa buku pelajaran, seandainya ada yang bertanya sedang apa aku
disini.
Sinetronnya
segera dimulai. Dengan semangat aku pun ikut menontonnya. Sesekali aku pura –
pura membaca kala bunda berdehem. Ku mulai membayangkan jika akulah putri yang
tertukar itu. Suatu hari nanti ada orangtua yang datang ke panti menjemputku
dengan mobil mewah. Ternyata aku adalah anak orang kaya raya.
Orangtuaku
membawaku ke Jakarta. Kami berjalan – jalan ke mall terbesar disana,
membelikanku banyak gaun yang cantik, membelikanku I-Pad agar aku bisa
memainkan Angry Birds sesukaku, tanpa harus meminjam terlebih dahulu kepada
Lani, si anak paling kaya di kelas kami. Aku dibelikan Blackberry agar bisa
twitteran bersama JP Millenix, sang drummer favoritku. Ah, indahnya duniaku.
Kemudian,
orangtuaku itu mengajakku bermain di Dufan dan kucoba segala permainan
disana. Sungguh mengasyikkan. Setelah itu mereka pun mengajakkku menginap di
sebuah hotel mewah. Kulihat ada kolam renang yang besar sekali. Satu hal yang
kusesali ketika melihat kolam renang, baik di Dufan ataupun di hotel ini adalah
aku tak bisa berenang.
Aku
tersenyum – senyum.
“
Rayya, ayo masuk ke kamar. Nanti bunda marah kalau melihatmu masih disini ,
bukannya belajar malah menonton “ Ujar Nania merusak lamunanku.
“
Kenapa kita tak boleh menonton sinetron ?”
“
Karena kata bunda, sinetron itu tak mendidik “
Aku
gemas.
“
Lalu kenapa bunda masih menonton ?”
“
Jangan kau tanyakan itu padaku, aku tak tahu “
“
Enak ya, kalau ternyata kita ini adalah putri yang tertukar. Tapi pas bagian
yang bahagianya saja, ada orangtua kaya raya yang mengakui bahwa kita adalah
anak mereka “
Nania
hanya diam saja. Dia memang tak bisa diajak berkhayal. Namun tiba – tiba Nania
menghentikan langkahnya, yang membuatku menabrak tubuhnya. Aku mengaduh sakit.
“
Awwww ”
“
Sepertinya kamu sudah kebanyakan menonton sinetron. Ingat Rayya, bukankah kamu
tahu kalau orangtua kita masing – masing sudah lama meninggal dan kita tinggal
disini sudah sejak kecil “
Aku
menepok jidat seperti baru tersadar. “ Oh iya ya “
Ah,
kalau begitu aku hanya berharap tidur kali ini akan mengimpikan orangtuaku
datang.