Laman

Sabtu, 20 Oktober 2012

THE AMAZING EXPERIENCE _ PART II




Jujur saya tak menyangka kalau anak – anak murid itu menilai saya dengan sebutan Ibu Cantik *Peluk*. Saya tak tahu atas dasar apa mereka menilai saya seperti itu yang jelas saya sedikit bangga. Hahah.. Ternyata cantik itu tak perlu berdandan ala seleb atau berlebihan yang bukan karakter kita. Kecantikan itu adalah kesederhanaan. Yang terpenting kita berpenampilan rapi, bersih dan tersenyumlah maka kita akan cantik dengan sendirinya. Jadi diri sendiri saja. #CantikItu
Ini hanya sebagian anak - anak Aliyah
  
Me with Apin
Well, saya tak menyangka kalau ada anak murid  yang berani terang – terangan mengucapkan I LOVE YOU di depan kelas. Ini dia foto anaknya, namanya Apin. Dia begitu semangat ketika berfoto bersama saya. 




 Sayang salah satu temannya yang juga “berani” tak hadir  ke Sekolah mungkin next story bisa saya hadirkan fotonya. Bagi saya menjadi hal yang lucu ketika digoda murid- murid lelaki MA (Setingkat SMA) dan saya Cuma bisa tertawa. Saya merasa muda kembali, pantas kebanyakan guru terlihat awet muda terus. #Halah..

Kini saya sangat suka perjalanan PPL di Pulau Bulang. Ada begitu banyak hal yang paling menyenangkan menjadi guru di Pulau yaitu ketika keberangkatan ke Pulau itu sendiri. Entah kenapa, angin semilir pagi yang menerpa wajah membuat saya sejenak melupakan permasalahan yang ada terutama masalah kantong bokek alias persediaan duit mulai menipis. Perasaan senang dan bahagia menyeliputi hati saya karena akan bertemu  orang – orang hebat disana. Hal yang menyenangkan lainnya ketika menjadi guru yaitu ada kebahagiaan tersendiri sehabis mengajar. Ada kelegaan yang terbayar tuntas. Alhamdulilah ^_^

Selain yang menyenangkan, ada juga beberapa hal yang “menakutkan”  bagi saya, diantaranya :
1.      Ketika hujan turun, kapal sedikit terombang – ambing. Pas di tengah laut yang terbayang oleh saya adalah peristiwa kapal Titanic, tiba – tiba kapal menabrak sesuatu lalu terbalik.  Masyaallah,,mudah2an itu tidak pernah terjadi.
2.      Ketika kapal asik berlayar tiba – tiba mesin mendadak berhenti karena tersangkut rumput laut sebelum sampai ke Pelabuhan, bagi orang awam seperti saya itu sedikit “mengerikan” karena yang terbayang oleh saya adalah film JAWS, mendadak muncul ikan hiu hendak menangkap kami. Hap..Hap
Kesimpulannya : Sepertinya saya terlalu banyak menonton film action maka seperti itulah yang sering terbayang.

Karena begitu banyak cerita yang tercipta ketika saya mengajar di Pulau Bulang, maka insyaallah setiap minggu akan saya update cerita – cerita seru di balik PPL plus foto - fotonya. Hehe

See you next story..



Jumat, 12 Oktober 2012

THE AMAZING EXPERIENCE : PART I



Tak terasa sudah, kini saya memasuki bulan untuk menuntaskan Program Praktek Lapangan atau biasa di singkat PPL.  Salah satu tugas akhir perkuliahan.
Kali ini saya memilih PPL di Pulau Bulang. Awalnya pilihan ini jatuh karena tidak ada lagi pilihan sekolah karena sekolah - sekolah yang terdekat sudah penuh quotanya. Kami terdiri dari 5 orang yaitu saya, Ika, Ida, Adi dan Fadilah.
Yang tukang foto namanya Rafidah (Ida)

Ketika hari pertama, saya merasa sedikit excited. Di pelabuhan, saya membeli cukup banyak permen karena takut di tengah perjalanan akan mengalami pusing atau mabuk laut. Benar saja, saya sibuk memegangi kepala akibat pusing dan menahan mual. Maka dihari pertama ini saya tak terlalu memperhatikan pemandangan disekitar saya.
Sekitar Pelabuhan Pulau Bulang
Perjalanan yang kami tempuh cukup jauh, dari pelabuhan Batam ke pulau Bulang berkisar +/- 15 menit. Sesampainya di pulau, kami menempuh perjalanan ke sekolah +/- 25 menit. Sedikit melelahkan, lumayan olah raga pagi. 

Sesampainya di sekolah, kami disambut antusias. Kami mulai memperkenalkan diri. Saya serasa berada dalam kisah laskar pelangi. Di sekolah ini, tiap tingkatan hanya ada satu kelas yang terdiri dari 10 – 15 anak saja. Bahkan ada kelas yang berdampingan hanya disekat papan, sehingga masing - masing kelas saling mendengar jika ada kebisingan. Beruntung ada 2 kelas yang pembangunannya sudah cukup memadai. Pendidikan di sekolah ini semuanya gratis. Sayangnya, rata – rata anak – anak ini masih ada yang memakai sandal dan tidak memakai seragam sekolah sesuai harinya. Saya pikir semua muridnya adalah asli orang tempatan pulau Bulang tapi ternyata ada juga yang berasal dari luar pulau ini.
Saya salut kepada kepala sekolahnya yang tak henti memperjuangkan pendidikan untuk anak – anak pulau. Namanya Pak Damis, padahal beliau telah menyandang gelar S-2 namun tetap mau berdedikasi untuk pulau ini. Beliau sendiri adalah asli orang Bone, Sulawesi.

Di hari pertama, kami langsung memulai mengajar. Saya memasuki kelas 2 MA (Madrasah Aliyah) atau setingkat SMA. Saya meminta untuk saling memperkenalkan diri. Lalu pelajaranpun dimulai. Saya memulainya dengan belajar tenses dan meminta mereka untuk aktif membuat kalimat. Saya merasa mereka menyukai saya #Hahah

Dihari berikutnya, saya sudah terbiasa. Tidak ada lagi mabuk laut. Kali ini kami dibawa berkeliling pulau (P.Buluh dan P. Ketam) karena kebetulan kepala sekolahnya ada sedikit keperluan di beberapa pulau. Subhanallah, saya begitu menikmati. Angin semilir yang berhembus di pagi hari, ombak yang beriak, laut jernih berwarna hijau serta susunan rumah panggung yang berderet rapi. Dan juga ada begitu banyak nelayan yang mencari ikan (Ya iyalah ^_^). Sepanjang perjalanan saya melihat laut, laut dan pohon tembakau. Di P. Ketam, saya takjub ketika melihat beberapa ubur – ubur naik ke permukaan. Indah sekali. Ketika hendak saya pegang, teman saya mengatakan ubur – ubur jangan dipegang dengan tangan karena akan mengakibatkan gatal – gatal. (#Hokey lain kali kita bawa mangkok).

Melihat laut yang begitu jernihnya, ingin rasanya saya nyemplung ke dalam laut. Syukurlah saya tak bisa berenang, jadi teman saya tak perlu bersusah payah menahan saya. Kalau tidak, mungkin sudah tumbuh sirip disekujur tubuh saya #Lah, dikira putri duyung?

Tak disangka ternyata anak – anak itu merindukan saya *peluk*. Mereka memanggil saya dengan beberapa panggilan yaitu Ibu, miss, kak, dan mbak. Namun ada satu panggilan yang saya suka yaitu Ibu Cantik. Mendengar panggilan itu rasanya saya ingin terbang ke langit ketujuh. ..Continue..

Di Pelabuhan Pulau Bulang

See you on next trip.. ^_^

Minggu, 07 Oktober 2012

PERJUANGAN BELUM USAI


Tubuh yang gagah berani itu jatuh perlahan setelah sebuah peluru nyasar yang entah dari mana datangnya tembus ke tubuhnya. Aku terkesima menahan nafas mencoba berlari memeluk tubuh Rangga. Suasana seakan menghening diantara kebisingan yang terjadi di hari sabtu pagi itu, 01 September 2012.

Edo yang pertama kali menangkap tubuh Rangga sebelum terhempas ke tanah. Teman - teman seperjuangan berhamburan mendekati tubuhnya. Wajahnya yang teduh, seakan tersenyum. Kami tak tahu kalau nyawa Rangga mungkin takkan terselamatkan ketika kami membopongnya ke dalam mobil menuju Rumah Sakit terdekat. Tak ada rasa kesakitan yang terlukis di wajahnya. Lantas haruskah aku menangisinya?

Satu persatu kami memeluk tubuh Rangga yang berlumuran darah. Aku menahan sesak di dada. Haruskah ia mati membawa semua keberaniannya, membawa semua impiannya tentang merubah bangsa ini? Aku masih berharap nafas Rangga akan kembali memburu seperti biasanya.

“”””””””””””””””””””””””””””””””
Aku dan Rangga adalah dua sahabat dekat sejak kecil. Kami mengambil jurusan yang sama di fakultas hukum. Kami sudah duduk disemester akhir hanya tinggal menunggu momen wisuda. Rangga akan melanjutkan impiannya ke jenjang S-2, demi melanjutkan cita – citanya menjadi seorang presiden. Impiannya sejak kami masih kanak – kanak. Sementara aku akan membuka usaha daur ulang barang bekas.

“ Negeri ini harus berubah, Zam!” Pekiknya ketika kami berada di atas bukit belakang kampus.

“ Percuma, siapa yang perduli “ Ujarku mencibirnya saat pertama kali kami menginjakkan kaki di bangku perkuliahan.

“ Aku, kau dan kita – para pemuda yang masih memiliki jiwa nasionalis “ Ujarnya bangga sambil mengepalkan tangan. Lantang, lugas dan tak ada keraguan disana.

“ Sulit bung, lihat saja perjuangan teman – teman pada tahun 1998 yang memperjuangkan reformasi. Kenyataannya sekarang apa, tenggelam. Sepertinya memang bangsa ini tak ingin berubah “ Ucapku persimis.

“ Lantas kenapa kau ambil hukum kalau begitu ?”

“ Supaya aku tidak dibodoh – bodohin soal hukum ketika membuka usaha nanti “ Ujarku santai.

“Baiklah, terserah kau. Kan kutunjukkan bahwa aku memang serius untuk merubah segala kebijakan di negeri ini. Aku akan berjuang dijalanku “

Benar saja dugaanku. Rangga aktif di bidangnya, ia tercatat sebagai ketua BEM di semester 4. Ketua dalam komunitas debat hukum di kalangan mahasiswa. Hampir semua mahasiswa mengenalnya. Ia juga senang menyuarakan suara keadilan di Koran – Koran ternama ibu kota. Tulisannya begitu tajam menyoroti tentang kasus korupsi dan pelitisiran para anggota DPR. Dia selalu mengatur waktu untuk melakukan demo, menentang kebijakan pemerintah. Dia selalu memegang prinsip bahwa hal yang terpenting di sebuah Negara adalah pemimpin dengan kebijakannya.

“””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””””

17 Agustus 2012, aku shock ketika membaca sebuah berita di Kompas. Setelah membacanya ku putar layar agar bisa dibaca oleh Rangga yang ada di depanku.

“ Ini baca berita hari ini “Peroleh Remisi, 32 Koruptor Merdeka” *1

Rangga sangat serius membacanya setelah itu ia menggebrak meja saking kesalnya.

“ Ini bagaimana ini, pemerintah malah memberi remisi untuk para koruptor “ Suara Edo terasa sangat melengking kali ini. Yang lain langsung riuh, mencoba membuka laman website kompas dan langsung membacanya.

“ Apa kubilang, siapa yang perduli dengan perjuangan kita “ Ujarku datar.

Namun, Rangga seolah tak mendengar ucapanku lalu mengambil sebuah kalender dan membundarinya “ Baiklah, kita atur waktu untuk kembali berdemo yaitu tanggal 01 September 2012 - sabtu pagi “  

Itu artinya hanya berselang 2 minggu setelah lebaran. Aku mengatupkan rahang, Rangga tak pernah bisa dihentikan. Ia cukup keras kepala dalam hal ini, tak banyak bicara namun tindakannya spontan.

“ Zam, tolong catat ini “
Ia lalu menuliskan 2 poin yang akan kami suarakan di papan white board di ruang kantor kami.
1.      Hukum seumur hidup para koruptor dan tidak ada remisi untuk mereka.
2.      Sita harta yang sudah dikorupsi dan kembalikan ke Negara.


“”””””””””””””””””””””
Ayah Rangga memeluk putranya dengan sangat tegar, tak ada air mata yang mengalir. Seakan menahan kesedihan itu. Aku tahu ayah Rangga selalu bangga kepada anak keduanya itu. Beliau sangat mendukung cita – cita putranya yang ingin menjadi seorang presiden. Walau tak jarang karena keberanian anaknya itu membuat usaha batiknya hampir bangkrut. Ia yakin Rangga akan mampu merubah negeri ini dengan segala pemikirannya, ucapan dan tindakannya yang lebih mensejahterakan rakyat. Hanya ibunya yang masih berteriak – teriak histeris seakan tak percaya bahwa anaknya telah meninggal.

“ Negara macam apa ini….. “ Pekiknya. Ia tak mampu lagi melanjutkan perkataannya karena tubuhnya mulai lemas lalu tiba – tiba pingsan mendadak.

Kini kusematkan mimpi itu didadaku. Kan kuhapus rasa pesimis dihati. Kan kulanjutkan mimpi itu, mimpi menjadi seorang presiden. Perjuangan belum usai, aku yakin masih ada orang – orang yang ingin berjuang bersama demi perubahan bangsa yang lebih baik. Demi bangsa Indonesia.
.


Batam, September 2012
  
*1 = Kompas – 17 Agustus 2012

Senin, 01 Oktober 2012

Bahagia itu...

Airmata itu kembali tumpah. Airmata kerinduan akan masa dimana pikiranku tak serumit sekarang. 

Aku benar - benar bingung. Kini aku merasa sendiri di tengah tawa sumbang yang kubuat sendiri. 

Sulit...begitu sulit.

Aku rindu masa lalu. Masa dimana aku tak perlu memikirkan hal - hal yang tak bisa kumengerti. 

Namun, jam dinding yang berdetak seakan menyadarkanku akan masa depan yang harus aku hadapi. 

Ada tangis diluar sana yang belum terselesaikan.

Airmata yang tumpah ini membuatku ingin terbang jauh, menghilang ke dunia yang tak dikenali.

Kadang ada senyum yang seolah menyemangatiku. Kadang ada kesedihan yang tak bisa kutepis. 

Hingga terkadang aku lupa apa rasanya bahagia itu.

Kata orang bahagia itu sederhana. Kalau memang sesederhana itu, kenapa aku tak bisa menari bersama pelangi?

Jam dinding yang berdetak kembali seakan menyadarkanku bahwa bahagia itu bisa datang kapan saja, dekat di nadiku. 

Bahkan hanya ketika melihat orang lain tertawa mendengar celotehanku.

Tersenyum ketika aku tersenyum.

Jika tawa bisa membuatku bahagia

Maka aku hanya ingin tertawa

Tawa tanpa kesedihan


Batam, 02 Oktober 2012


Kesedihan ini

Ada begitu banyak hal yang tak bisa kupahami

Hingga tak lagi bisa kubedakan

Yang mana airmata kesedihan, kerinduan atau kebahagiaan

Semua membaur dalam kisah yang tak pernah berujung

Jika bisa kulukis dunia

Kan kulukis ia ditelapak tangan agar bisa kugenggam erat

dan sewaktu - waktu kan kutuang disamudera

Jika bisa kukecup langit

Kan kutitipkan cerita yang tak ingin kukenang

Agar tak lagi ada airmata yang tumpah


Batam, 30 September 2012